JepangBasah – Tsubaki Sannomiya menikah muda dengan Haruto, pria lembut namun sibuk, yang sering pulang larut malam dan lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah. Mereka tinggal serumah dengan ayah Haruto, seorang pria paruh baya bernama Masaki, yang masih tampak berwibawa dan karismatik meski usianya tak lagi muda. Pada awalnya, Tsubaki menganggap godaan-godaan kecil dari sang mertua sebagai lelucon canggung—senyum tipis saat ia melewati dapur, pujian berlebih atas penampilannya, atau tangan yang terlalu lama menyentuh punggungnya saat lewat. Tapi lama-lama, perhatian itu menjadi candu. Di tengah kesepian dan rasa diabaikan, Tsubaki mulai menantikan sapaan Masaki lebih dari siapa pun di rumah itu.
Hubungan mereka tumbuh dalam bayang-bayang rumah yang tenang—di balik pintu-pintu tertutup dan pandangan pura-pura tak tahu. Tsubaki tahu betul bahwa yang ia lakukan salah, namun perasaan itu berkembang dari kebutuhan yang tak terpenuhi: dilihat, dihargai, diinginkan. Masaki, dengan segala pesonanya yang matang, memberinya ruang untuk merasa hidup kembali. Perlahan, Tsubaki bukan hanya menerima rayuan itu—ia mulai membalasnya, dan dari sana lahirlah keterikatan rahasia yang membakar diam-diam di bawah atap keluarga mereka. Sementara Haruto tetap buta terhadap yang terjadi di sekelilingnya, Tsubaki justru makin tersesat di antara dua pria dari darah yang sama—suami yang sah, dan ayah yang tak seharusnya ia cintai.
