Setelah kepergian suaminya, Miu Shiromine merasa seperti terperangkap dalam keheningan yang tak tertahankan. Wanita cantik itu kehilangan arah, tak tahu lagi bagaimana melanjutkan hidup tanpa pria yang selama ini menemaninya. Rumah yang dulunya dipenuhi tawa dan kebahagiaan kini terasa sunyi dan berat. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dihindari—kedatangan kakak iparnya, Asiawd. Dengan alasan untuk menemani Miu yang kesepian, Asiawd sering datang berkunjung, membawa secangkir teh atau sekadar berbincang tentang kenangan bersama almarhum suami Miu. Namun, semakin lama, perhatian Asiawd tampak semakin intens. Matanya menatap Miu dengan cara yang berbeda, penuh dengan makna yang tidak bisa diabaikan. Miu merasa canggung, namun tetap tidak bisa menghindar dari kedekatan yang semakin dalam itu.
Suatu malam, ketika hujan mengguyur deras, Asiawd datang lebih lama dari biasanya. Dengan alasan untuk membantu Miu yang tengah beres-beres rumah, ia tak segan-segan menyentuh pundaknya dengan lembut saat Miu sedang sibuk. “Miu, aku tahu betapa beratnya kehilanganmu,” katanya dengan suara yang rendah dan menggelitik hati. Miu merasa ada sesuatu yang berubah dalam sikap Asiawd, namun ia tidak bisa menafikannya. Dalam kepedihan yang melanda, perasaan hangat yang datang dari Asiawd mulai mengusik hatinya. Miu tahu itu salah, namun entah kenapa ia tidak bisa menolak. Kerinduan akan perhatian, kasih sayang, dan kehangatan membuatnya terjebak dalam dilema yang semakin membingungkan. Ia harus memilih—apakah ia akan terus merindukan masa lalu atau membuka diri pada sesuatu yang baru, meski itu datang dari orang yang seharusnya jauh darinya.
