jepangBasah – Rio Fujisawa tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota. Hari-harinya terasa tenang, bahkan kadang membosankan. Suatu malam, tetangganya—seorang pria sebaya yang biasanya hanya saling sapa seperlunya—mengetuk pintunya sambil membawa dua gelas kopi kaleng. Dengan wajah lesu, ia berkata ingin curhat. Rio, yang tak biasa menerima tamu, ragu sejenak sebelum mempersilakan masuk. Obrolan mereka awalnya canggung, tapi malam itu perlahan berubah jadi percakapan hangat tentang hidup, kesepian, dan kehilangan.
Setelah pertemuan itu, mereka mulai sering bertemu—kadang hanya tukar sapa, kadang mengobrol hingga larut malam. Rio merasa nyaman dengan kehadirannya, dan senyum pria itu pun selalu membuat harinya lebih ringan. Tanpa mereka sadari, benih perasaan tumbuh pelan-pelan di antara waktu yang mereka habiskan bersama. Hingga pada suatu malam, di tengah hujan ringan di balkon apartemen, mereka saling mengakui perasaan itu. Sejak saat itu, Rio dan tetangganya menjalin hubungan yang sederhana namun tulus, lahir dari pertemuan tanpa rencana, tapi penuh makna.