Asiawd menatap langit senja dari jendela bus yang membawanya menuju Tokyo, membawa koper lusuh dan hati yang patah. Dua minggu lalu, hidupnya runtuh dalam sekejap — ia di-PHK dari pabrik tempatnya bekerja selama hampir sepuluh tahun, lalu disusul oleh kepergian istrinya yang memilih meninggalkannya dengan alasan “ingin hidup yang lebih baik.” Tak punya arah dan tabungan yang menipis, Asiawd memutuskan untuk mencari adiknya, Haruto, yang sudah lama tinggal di kota bersama istrinya, Miyu Otori. Ia berharap bisa menumpang sementara waktu, sekadar menata hidup yang berserakan.
Hari-hari awal di rumah kecil adiknya terasa canggung, tapi perlahan suasana mulai mencair. Haruto sering pulang larut karena pekerjaannya di kantor, dan di sela kesunyian malam, Asiawd sering berbincang dengan Miyu — tentang masa lalu, mimpi, dan rasa kehilangan yang diam-diam mereka pahami satu sama lain. Miyu yang lembut dan penuh perhatian membuat Asiawd kembali merasakan kehangatan yang sempat hilang. Mereka tak pernah melampaui batas, tapi ada sesuatu di antara mereka yang tak perlu diucapkan. Bagi Asiawd, pertemuan dengan Miyu bukan sekadar pelarian dari kesedihan, melainkan awal dari pengertian baru — bahwa kadang, rumah bukan hanya tempat untuk berteduh, tapi juga seseorang yang membuat kita merasa hidup kembali.
